Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW – Seringkali di kalangan masyarakat kita, dalam mendefinisikan isra dan mi’raj, mereka menggabungkan Isra Mi’raj menjadi satu peristiwa yang sama. Padahal sebenarnya Isra dan Mi’raj merupakan dua peristiwa yang berbeda. Dan untuk meluruskan hal tersebut, pada kesempatan ini saya bermaksud mengupas tuntas pengertian isra dan mi’raj, sejarah isra mi’raj nabi muhammad SAW serta hikmah dari perjalanan isra’ mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW.
Pengertian / Definisi Isra dan Mi’raj
Isra Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu sehari semalam.
Isra’ dan Mi’raj merupakan dua cerita perjalanan yang berbeda. Isra’ merupakan kisah perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerussalem. Sedangkan Mi’raj merupakan kisah perjalanan Nabi dari bumi naik ke langit ketujuh dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha (akhir penggapaian) untuk menerimah perintah di hadirat Allah SWT.
Namun karena dua peristiwa ini terjadi pada waktu yang bersamaan maka disebutlah peristiwa Isra’ Mi’raj. Selama perjalanan Nabi ditemani Malaikat Jibril dengan menunggangi Buraq. Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi dalam waktu singkat, yaitu hanya dalam satu malam.
Isra Mi'raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.
Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi'raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi'raj.
Peristiwa Isra Mi'raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih.
Sejarah / Kisah Perjalanan Isra 'Mi'raj Nabi Muhammad SAW
Perjalanan dimulai Rasulullah mengendarai buraq bersama Jibril. Jibril berkata, "turunlah dan kerjakan shalat".
Rasulullahpun turun. Jibril berkata, "dimanakah engkau sekarang?"
"Tidak tahu", kata Rasululullah.
"Engkau berada di Madinah, disanalah engkau akan berhijrah", kata Jibril.
Perjalanan dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan) tempat penghentian Nabi Musa ketika lari dari Mesir, kemudian kembali ke Tunisia tempat Nabi Musa menerima wahyu, lalu ke Baitullahmi (Betlehem) tempat kelahiran Nabi Isa AS. Kemudian terjadilah peristiwapembelahan dada Nabi Muhammad untuk disucikan dengan air Zamzam oleh Malaikat Jibril di samping Ka’bah sebelum berangkat ke Masjidil Aqsha di Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu.
Sesampainya di Yerussalem, Jibril menurunkan Rasulullah dan menambatkan kendaraannya. Setelah Rasululullah memasuki masjid ternyata telah menunggu Para nabi dan rasul. Rasulululah bertanya: "Siapakah mereka?"
"Saudaramu para Nabi dan Rasul".
Nabi Muhammad kemudian menjadi imam bagi nabi-nabi terdahulu ketika melaksanakan salat sunnah dua rakaat di Masjidl Aqsa. Jibril membawa dua gelas minumam berisi susu dan arak, Nabi memilih susu sebagai sinyal bahwa umat Islam tidak akan tersesat.
Kemudian Jibril membimbing Rasul kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasululullah melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit. Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke Sidratul Muntaha.
" Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar . "(QS. An-Najm: 13 - 18).
Di langit pertama Muhammad bertemu dengan Nabi Adam A.S, di langit kedua bertemu dengan Nabi Isa dan Yahya A.S, di langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf A.S, di langit keempat bertemu dengan Nabi Idris A.S, di langit keenam bertemu dengan Nabi Musa A.S dan di langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim A.S.
Dari Sa'id bin Al Musayyib, dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
«Ketika keluarga saya bertemu dengan Musa - saw -». Venath Nabi saw «Jika seorang pria - Anda dapat menebaknya mengatakan - pria bermasalah seperti kepala manusia Cnup - katanya - dan menerima Yesus». Venath Nabi saw «Jika merah, seolah-olah empat dari Dimas».
- Maksudku, mandi - kata «Saya melihat Abraham - saw - dan saya suka dia dan anaknya - katanya - Aku datang dalam satu Biinain susu Di vintage lain dikatakan saya Ambil mana yang Anda suka. Aku mengambil susu Fsharpth. Dia bilang aku dipandu oleh insting atau naluri Anda baik. Aku mengambil sebuah bangsa anggur Gott »
"Ketika aku diisra'kan (diperjalankan), aku bertemu Musa 'alaihis salam . "Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mensifatinya dengan mengatakan bahwa ia adalah pria yang tidak gemuk yang berambut antara lurus dan keriting serta terlihat begitu gagah.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Aku pun bertemu 'Isa." Lalu beliau mensifati' Isa bahwa ia adalah pria yang tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek dan kulitnya kemerahan seakan baru keluar dari kamar mandi.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Aku pun bertemu Ibrahim - shalawatullah 'alaih - dan aku adalah keturunan Ibrahim yang paling mirip dengannya. Aku pun datang dengan membawa dua wadah. Salah satunya berisi susu dan yang lainnya khomr (arak). Lantas ada yang mengatakan padaku, "Ambillah mana yang engkau suka." Aku pun memilih susu, lalu aku meminumnya. "Ia pun berkata," Engkau benar-benar berada dalam fithrah. Seandainya yang kau ambil adalah khomr, tentu umatmu pun akan ikut ses at. "(HR. Muslim no. 168).
" Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui . " (QS Al Isra (17): 1)
Selanjutnya Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Allah tanpa ditemani Jibril. Rasulullah membaca yang artinya: "Segala penghormatan adalah milik Allah, segala Rahmat dan kebaikan".
Allah berfirman yang artinya: "Keselamatan bagimu wahai seorang nabi, Rahmat dan berkahnya".
Rasul membaca lagi yang artinya: "Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah yang sholeh."
Berfirman Allah SWT: "Hai Muhammad Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah mengambil Ibrahim sebagai kesayanagan dan Akupun memberi firman kepadamu seperti firman kepada Musa Akupun membuat umatmu sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka sebagai umat wasath (adil dan pilihan), Maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur ".
"Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari Ku". Nabi kemudian menerima perintah untuk membawa amanah Allah berupa salat 50 waktu dalam sehari semalam untuk Nabi Muhammad dan umatnya.
Kemudian Rasulullah turun ke Sidratul Muntaha. Dalam perjalanan pulang di langit keenam, ia bertemu Musa AS Terjadilah percakapan di antara keduanya, Musa menanyakan apa yang dibawa Muhammad setelah menghadap Allah. Muhammad kemudian menjelaskan tentang perintah untuk melakukan salat 50 waktu dalam sehari semalam. Musa lantas menyuruh Muhammad untuk kembali menghadap Allah dan meminta keringanan.
Muhammad lantas kembali kehadirat Allah untuk meminta keringanan. Permintaan tersebut dikabulkan, perintah salat diturunkan menjadi 45 kali. Setelah itu Muhammad kembali dan bertemu lagi dengan Musa. Dikisahkan Nabi Muhammad SAW sempat beberapa kali pulang pergi untuk meminta keringanan salat, hingga akhirnya turun menjadi lima kali dalam waktu sehari semalam.
Setelah perintah salat diturunkan menjadi lima waktu dalam sehari semalam, dikisahkan bahwa Nabi Musa masih menyuruh Muhammad untuk meminta keringanan. Tapi Nabi Muhammad tidak berani lagi melakukannya karena malu pada Allah, ia pun rela dan ikhlas dengan ketentuan tersebut. Nabi akhirnya kembali dengan membawa perintah salat lima waktu yang kita kenal sebagai salat Subuh, Zuhur, Asar, Magrib dan Isya.
Kemudian Jibril berkata: "Allah telah memberikan kehormatan kepadamu dengan penghormatan yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun dari makhluk Nya baik malaikat yang terdekat maupun nabi yang diutus. Dan Dia telah membuatmu sampai suatu posisi yang tak seorangpun dari penghuni langit maupun penghuni bumi dapat mencapainya. Berbahagialah engkau dengan penghormatan yang diberikan Allah kepadamu berupa posisi tinggi dan kemuliaan yang tiada bandingnya. Ambillah posisi tersebut dengan bersyukur kepadanya karena Allah Tuhan pemberi nikmat yang menyukai orang-orang yang bersyukur ".
Lalu Rasulullah memuji Allah atas semua itu.
Kemudian Jibril berkata: "Berangkatlah ke surga agar aku perlihatkan kepadamu apa yang menjadi milikmu disana sehingga engkau lebih zuhud disamping zuhudmu yang telah ada, dan sampai lah disurga dengan izin Allah SWT. Tidak ada sebuah tempat pun aku biarkan terlewatkan ". Rasul melihat gedung-gedung dari intan mutiara dan sejenisnya, Rasul juga melihat pohon-pohon dari emas. Rasul melihat disurga apa yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan tidak terlintas dihati manusia. Semua itu membuat Rasul kagum dan untuk mengejar surgalah mestinya manusia beramal. Kemudian Rasululullah diperlihatkan neraka sehingga rasul dapat melihat belenggu dan rantai-rantainya selanjutnya Rasulullah turun ke bumi dan kembali ke masjidil haram menjelang subuh.
Mendapat Mandat Shalat 5 waktu
Agaknya yang lebih wajar untuk dipertanyakan, bukannya bagaimana Isra’ Mi’raj, tetapi mengapa Isra’ Mi’raj terjadi? Jawaban pertanyaan ini sebagaimana kita lihat pada ayat 78 surat al-lsra’, Mi’raj itu untuk menerima mandat melaksanakan shalat Lima waktu. Jadi, shalat inilah yang menjadi inti peristiwa Isra’Mi’raj tersebut.
Shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan antara seorang hamba dengan Allah. Shalat juga menjadi sarana untuk menjadi keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter, beradab, dan penuh kedamaian. Makanya tidak berlebihan apabila Alexis Carrel menyatakan : “Apabila pengabdian, sholat dan do’a yang tulus kepada Sang Maha pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut“. Perlu diketahui bahwa A. Carrel bukanlah orang yang memiliki latar belakang pendidikan agama, tetapi dia adalah seorang dokter dan pakar Humaniora yang telah dua kali menerima nobel atas hasil penelitiannya terhadap jantung burung gereja dan pencangkokannya. Tanpa pendapat Carrel pun, Al–Qur’an 15 abad yang lalu telah menyatakan bahwa shalat yang dilakukan dengan khusu’ akan bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, sehingga tercipta tatanan masyarakat yang harmonis, egaliter, dan beretika.
Hikmah Isra Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW
Perintah sholat dalam perjalanan isra dan mi'raj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks spiritual-Imaniah maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra 'Mi'raj merupakan kajian yang tak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat beragama (Islam).
Bersandar pada alasan inilah, Imam Al-Qusyairi yang lahir pada 376 Hijriyah, melalui buku yang berjudul asli 'Kitab al-Mikraj', berupaya memberikan peta yang cukup komprehensif seputar kisah dan hikmah dari perjalanan agung Isra 'Mi'raj Nabi Muhammad SAW, beserta telaahnya. Dengan menggunakan sumber primer, berupa ayat-ayat Al-Quran dan hadist-hadits shahih, Imam al-Qusyairi dengan cukup gamblang menuturkan peristiwa fenomenal yang dialami Nabi itu dengan runtut.
Selain itu, buku ini juga mencoba mengajak pembaca untuk menyimak dengan begitu detail dan mendalam kisah sakral Rasulullah SAW, serta rahasia di balik peristiwa luar biasa ini, termasuk mengenai mengapa mikraj di malam hari? Mengapa harus menembus langit? Apakah Allah berada di atas? Mukjizatkah mikraj itu hingga tak bisa dialami orang lain? Ataukah ia semacam wisata ruhani Rasulullah yang patut kita teladani?
Bagaimana dengan mikraj para Nabi yang lain dan para wali? Bagaimana dengan mikraj kita sebagai muslim? Serta apa hikmahnya bagi kehidupan kita? Semua dibahas secara gamblang dalam buku ini.
Dalam pengertiannya, Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah yang akan menjadi titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah SAW. John Renerd dalam buku ”In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience,” seperti pernah dikutip Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Isra Mi’raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. Isra Mi’raj, menurutnya, benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan dunia spiritual.
Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai dominasi kaum Muslimin atas kota suci Mekkah, maka Isra Mi'raj menjadi puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta ( al-Khalik). Isra Mi'raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil). Sehingga, perjalanan ini menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi.
Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf. Sedangkan menurut Dr Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting dari peristiwa Isra Mi’raj yakni ketika Rasulullah SAW “berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasulullah berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah”; “Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja”. Allah SWT pun berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh”.
Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah syahadat. Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini diabadikan sebagai bagian dari bacaan shalat.
Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku ‘Muhammad Kekasih Allah’ (1993) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat Islam sehari-hari. Dalam artian bahwa shalat adalah mi’raj-nya orang-orang beriman. Sehingga jika kita tarik benang merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini.
Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran yang dalam. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi’raj dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum dengan sangat indah dalam salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
Mengacu pada berbagai aspek diatas, buku setebal 178 halaman ini setidaknya sangat menarik, karena selain memberikan bingkai yang cukup lengkap tentang peristiwa Isra’ mikraj Nabi saw, tetapi juga memuat mi’rajnya beberapa Nabi yang lain serta beberapa wali. Kemudian kelebihan lain dalam buku ini adalah dipaparkan juga mengenai kisah Mi’rajnya Abu Yazid al-Bisthami. Mi’raj bagi ulama kenamaan ini merupakan rujukan bagi kondisi, kedudukan, dan perjalanan ruhaninya menuju Allah.
Ia menggambarkan rambu-rambu jalan menuju Allah, kejujuran dan ketulusan niat menempuh perjalanan spiritual, serta keharusan melepaskan diri dari segala sesuatu selain Allah. Maka, sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika perjalanan hijrah menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi “puncak” perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan ruhani.
Isra’ Mi’raj juga merupakan suatu peristiwa besar yang sekarang oleh sains dan teknologi diakui, karena ternyata memang demikianlah yang bisa terjadi bahwa Rasulullah benar-benar bergerak dari Mekkah ke Palestina, dan kemudian diteruskan ke Sidratil Muntaha hanya dalam waktu tidak sampai satu malam. Sudut pandang ilmiahnya bahwa ini adalah peristiwa fenomenal dan kontroversial. Fenomena sejarah bahwa peristiwa ini belum pernah terjadi dan diyakini takkan pernah terjadi lagi.
Peristiwa Isra’ Mi’raj sangat fenomenal dari segi sejarah, karena sebelumnya tak pernah terjadi pada manusia. Sebelum Nabi Muhammad memang pernah terjadi pada benda. Benda tersebut bisa berpindah tempat dari satu tempat ke tempat yang jauh dalam orde sepersekian detik saja. Itulah peristiwa berpindahnya singgasana Ratu Balqis dari Kerajaan Saba ke Kerajaan Nabi Sulaiman. Waktu itu Nabi Sulaiman bertanya kepada para stafnya yang ketika itu memang sengaja dikumpulkan olehnya. Nabi Sulaiman mengatakan kepada para stafnya untuk melakukan suatu kejutan terhadap Ratu Balqis yang ketika itu sedang menuju ke kerajaan Nabi Sulaiman. Ternyata Nabi Sulaiman ingin memindahkan singgasana Ratu Balqis ke kerajaannya. Nabi Sulaiman bertanya kepada para stafnya siapa yang bisa melakukan hal tersebut.
Yang mengajukan diri pertama kali adalah Jin Ifrit. Ditanya oleh Nabi Sulaiman berapa lama ia bisa memindahkannya. Dijawab oleh Jin Ifrit bahwa ia bisa melakukannya sebelum Nabi Sulaiman berdiri dari tempat duduknya dijamin singgasana itu sudah sampai di hadapannya. Tentunya hal ini sangat cepat, tapi ternyata Nabi Sulaiman belum puas akan hal tersebut.
Kemudian Nabi Sulaiman bertanya lagi kepada para stafnya siapa yang bisa lebih cepat melakukan hal tersebut. Yang mengajukan diri kemudian ternyata adalah seorang manusia, yaitu manusia yang menguasai ilmu dari al-Kitab. Orang itu kemudian ditanya oleh Nabi Sulaiman berapa lama ia bisa melakukannya. Dijawab oleh orang itu bahwa ia bisa melakukannya sebelum Nabi Sulaiman berkedip lagi. Ternyata memang benar adanya, sebelum Nabi Sulaiman berkedip, singgasana Ratu Balqis sudah berada di hadapannya. Satu kedipan mata berarti waktunya kurang dari satu detik. Berkaitan dengan Isra’ Mi’raj, ternyata perjalanan Nabi Muhammad tersebut terjadi dalam waktu tidak sampai satu kedipan mata pun.
Dan Isra’ Mi’raj juga fenomenal dari segi sains. (lebih lengkapnya, bisa dibaca disini:Perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad Dikaji dari Sudut Pandang Ilmiah). Untuk menjelaskan Isra’ Mi’raj, ternyata kita harus menggali ilmu-ilmu mutakhir. Kalau ilmu-ilmu lama mungkin tak cukup untuk menjelaskan peristiwa Isra’ Mi’raj. Sehingga di zaman itu orang memersepsikan bahwa Nabi Muhammad melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj dengan mengendarai Buraq. Buraq itu kemudian ada yang menggambarkan bentuknya seperti kuda yang bersayap, ada juga yang menggambarkan bahwa kepala buraq itu menyerupai manusia, bahkan ada juga yang menggambarkan kepala buraq itu berupa wanita cantik. Pemikiran seperti ini tentunya khas abad pertengahan, karena perjalanan tercepat ketika itu adalah dengan mengendarai kuda. Tapi kuda pun tak bisa secepat itu. Karena itu digambarkanlah kuda itu bersayap.
Dengan pendekatan secara ilmiah dapatlah dijelaskan bahwa sebenarnya perpindahan Rasulullah dari satu tempat ke tempat lain pada peristiwa Isra 'Mi'raj itu terjadi secara cahaya. Peristiwa Isra 'Mi'raj ini tentunya kontroversial hampir 1500 tahun di kalangan agamawan maupun para ilmuwan karena memang sulit menjelaskannya. Selalu ada yang tidak percaya, ragu-ragu, dan ada juga yang meyakininya sejak masa hidupnya Rasulullah sampai sekarang. Yang ragu-ragu sampai sekarang tentunya masih ada, bahkan di kalangan umat Islam sendiri. Ketika ditanya apakah perjalanan Nabi Muhammad dari Mekkah ke Palestina itu dengan badannya atau bukan. Ada yang mengatakan bahwa itu hanya penglihatan saja. Ada juga yang mengatakan bahwa itu hanya ruh saja. Ada yang mengatakan itu hanya mimpi. Dan ada yang mengatakan bahwa peristiwa itu memang dialami Nabi Muhammad dengan badannya.
Yang meyakini bahwa peristiwa Isra 'Mi'raj itu dialami Nabi Muhammad dengan badannya adalah mengacu kepada Abu Bakar Shiddiq. Ketika itu Abu Bakar ditanya apakah dia meyakini peristiwa tersebut. Lalu ditanyakan oleh Abu Bakar kepada yang bertanya itu siapa yang menceritakan hal tersebut. Dijawab oleh yang bertanya kepada Abu Bakar itu bahwa yang menceritakan hal tersebut adalah Nabi Muhammad. Dikatakan oleh Abu Bakar, bahwa kalau Nabi Muhammad yang menceritakannya, maka ia meyakininya, karena Nabi Muhammad tak pernah berbohong.
Cara Abu Bakar memersepsi mengenai Isra’ Mi’raj ini oleh sebagian kalangan dinyatakan bahwa beragama itu tak perlu berpikir. Padahal jika dicermati bahwa sebenarnya ketika itu Abu Bakar berpikir dahulu, karena ia menanyakan bahwa siapakah yang menceritakan hal tersebut. Kalau memang Nabi Muhammad yang menceritakannya, maka ia meyakini kebenaran yang diceritakan oleh Nabi Muhammad itu. Tapi kalau yang menceritakannya bukan Nabi Muhammad tentunya Abu Bakar takkan langsung meyakini kebenaran cerita tersebut. Jadi dalam beragama memang kita harus berpikir, janganlah ikut-ikutan saja. Perintahnya sangat jelas di dalam al-Quran: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. al-Isrâ’ [17]: 36)
Logika Keputusasaan tentang Isra' mi'raj
Selama ini dalam menceritakan Isra 'Mi'raj kalau kita sudah buntu, maka kita katakanlah bahwa kalau Allah menghendaki, maka semuanya bisa saja terjadi. Kita takkan mendapatkan pelajaran apa-apa dengan cara berpikir seperti ini. Padahal peristiwa apapun yang diturunkan oleh Allah, maka di dalamnya selalu ada pelajaran untuk kita. Allah berfirman:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (QS Ali 'Imran [3]: 190)
Kita diperintahkan untuk menjadi ulil albab, yaitu orang yang menggunakan akalnya memahami segala peristiwa, sehingga ada pelajaran dari setiap peristiwa tersebut.
Skenario Isra Mi’raj dan Tafsir Fisik
Perjalanan Isra’ Mi’raj itu terdiri dari dua etape: satu etape mendatar (horizontal), sedangkan satunya lagi adalah etape vertikal ke langit ketujuh. Etape mendatarnya diceritakan di dalam surah al-Isrâ’ ayat pertama:
Maha Suci Allah, yang telah memerjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS al-Isrâ '[17]: 1)
Dalam tinjauan Agus Mustofa (2006:11), setidak-tidaknya ada delapan kata kunci yang menjadi catatan penting dan menuntut pemahaman kita menembus batas-batas langit untuk menafsir perjalanan kontroversial ini. Baiklah, jika kita mencoba untuk menguraikan makna kata-kata tersebut, maka akan menjadi seperti ini:
Pertama, ayat ini dimulai dengan kata “subhânalladzî”. Kata “subhânallâh” diajarkan kepada kita untuk diucapkan pada saat kita menemui peristiwa yang menakjubkan, yang memesona, yang hebat, yang luar biasa. Artinya, dengan memulai cerita itu menggunakan kata “subhânalladzî” sebenarnya Allah menginformasikan bahwa cerita yang akan diceritakan tersebut bukanlah cerita yang biasa, melainkan cerita tersebut adalah cerita yang luar biasa dan menakjubkan.
Kedua, yaitu kata “asrâ”. Penggunaan kata “asrâ” memiliki beberapa makna. Yang pertama bahwa itu adalah perjalanan berpindah tempat. Jadi penggunaan kata ini mengcounter pemahaman ataupun kesimpulan yang menyatakan bahwa pada perjalanan tersebut Rasulullah tidak berpindah tempat. Yang kedua maknanya bahwa pada perjalanan itu Rasulullah diperjalankan, bukanlah berjalan sendiri, dan bukan juga atas kehendak sendiri, karena peristiwa ini terlalu dahsyat untuk bisa dilakukan sendiri oleh Rasulullah.
Ketiga , yaitu kata " 'abdihi "yang artinya adalah hamba Allah. Hamba terhadap majikan adalah seorang yang tak berani membantah, taat, seluruh hidupnya diabdikan untuk majikannya, untuk Tuhannya. Yang bisa mengalami perjalanan ini bukanlah manusia yang kualitasnya sembarangan, melainkan manusia yang kualitasnya sudah mencapai tingkatan hamba Allah, yaitu manusia seperti Nabi Muhammad. Karena itulah, kita mungkin tidak bisa menerima ketika Nabi Muhammad digambarkan mendapat perintah salat 50 waktu, kemudian beliau menawar perintah tersebut kepada Allah. Anjuran menawar itu datangnya dari Nabi Musa. Digambarkan bahwa tawar-menawar itu terjadi sampai sembilan kali Nabi Muhammad bolak-balik menemui Allah, yang akhirnya perintah salat fardu yang diterima Nabi Muhammad menjadi lima waktu saja sehari semalam.
Kita mungkin tak sampai hati membayangkan Nabi Muhammad yang begitu taat kepada Allah yang tak pernah membantah kalau mendapat wahyu dan perintah dari Allah yang dalam cerita versi ini digambarkan sampai sembilan kali tawar-menawar dengan Allah untuk mengurangi jumlah salat fardu yang diperintah-Nya. Digambarkan pada cerita versi ini bahwa Nabi Musa lebih superior dibandingkan Nabi Muhammad, sehingga Nabi Muhammad dipingpong oleh Nabi Musa bolak-balik menemui Allah memohon agar jumlah salat fardu yang diperintahkan Allah itu dikurangi. Tentunya patut pula kita ingat bahwa Nabi Musa adalah nabinya bani Israil (sebetulnya juga nabinya umat Islam / umat Nabi Muhammad), tetapi orang-orang bani Israil tidak mau menerima Nabi Muhammad. Bagi bani Israil, Nabi Musa lebih hebat dibandingkan Nabi Muhammad, sehingga dalam cerita versi ini Nabi Muhammad dipingpong saja. Jadi ini indikasinya adalah hadis Israiliyat.
Keempat , yaitu kata “laylan” yang artinya adalah perjalanan malam di waktu malam. Hal ini menunjukkan sebagai penegasan bahwa perjalanan malam itu tidak sepanjang malam, melainkan cuma sebagian kecil dari malam. Sehingga diriwayatkan di beberapa hadis, bahwa ketika Rasulullah berangkat dari rumah meninggalkan pembaringan, kemudian menuju ke Masjidil Haram, dan kemudian terjadi peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut. Ketika Rasulullah kembali lagi ke rumahnya, ternyata pembaringannya masih hangat. Hal ini menunjukkan bahwa ketika itu beliau tidak lama meninggalkan rumahnya. Di hadis yang lain juga diceritakan, bahwa ketika Rasulullah meninggalkan rumahnya, beliau menyenggol tempat minumnya kemudian tumpah, dan ternyata ketika Rasulullah kembali lagi ke rumahnya, air dari tempat minum yang disenggolnya itu masih menetes. Hal ini menunjukkan bahwa sebetulnya Isra’ Mi’raj yang dialami Rasulullah itu berlangsung dalam waktu yang sebentar dan cepat.
Bayangkanlah, perjalanan semalam saja masih sulit diterima, apalagi perjalanan yang hanya sekejap yang itu mungkin hanya beberapa menit, atau mungkin hanya beberapa detik.
Kelima , minal masjidil harami ilal masjidil aqsha (dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa). Mengapa perjalanan Rasulullah ini dari masjid ke masjid? Mengapa pula tidak dari rumahnya atau dari Gua Hira ke tujuan lain yang bukan masjid (dari tempat yang bukan masjid ke tempat lain yang bukan masjid juga)?
Patut diketahui, bahwa masjid adalah tempat yang menyimpan energi positif sangat besar. Dengan kamera aura yang bisa memfoto dan memvideokan sesuatu, jika ada orang yang sedang berzikir ataupun membaca al-Quran, ternyata orang tersebut memancarkan cahaya yang terang benderang. Berbeda halnya dengan orang yang sedang marah, depresi, ataupun stress, maka orang tersebut akan memancarkan cahaya berwarna merah. Warna aura ini bertingkat, yaitu dari merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, sampai warna putih. Setiap kita memancarkan energi. Akan terpancar energi dari setiap aktivitas yang kita lakukan, dan energi itu menancap di tempat kita berada ketika itu. Energi itu membekas, sehingga seluruh aktifitas kita akan terekam. Allah berfirman:
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Q.S. Qâf: 18)
Raqib dan Atid kemudian dijadikan sebagai nama malaikat yang mencatat amal kebaikan dan keburukan. Rekaman tersebut di ruang tiga dimensi, dan suatu ketika akan diputar lagi. Allah berfirman:
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam . (QS Qaf: 22)
Di pengadilan akhirat itu, manusia akan bisa melihat seluruh perbuatan yang dilakukannya di dunia.
Masjid mengandung energi positif sangat besar, terutama masjid yang sering digunakan sebagai tempat beribadah. Semakin sering, semakin banyak, dan semakin khusyuk, maka energinya akan semakin besar. Rasulullah berangkat dari masjid menuju ke masjid. Terminal keberangkatannya di masjid.
Keenam , bâraknâ hawlahu (yang telah Kami berkahi sekelilingnya). Allah memberkati sepanjang perjalanan itu, hal ini karena perjalanan itu memang membahayakan. Dengan keberkahan Allah kondisi Nabi tetap membaik.
Ketujuh, linuriyahû min âyâtinâ (agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami). Dalam perjalanan isra’ mi’raj ketika itu Rasulullah ditunjukkan berbagai peristiwa. Mengapakah bisa seperti itu, sedangkan itu adalah waktu yang sangat singkat. Itulah yang disebut sebagai relativitas waktu, yaitu ada perbedaan waktu antara orang yang berkecepatan tinggi dengan orang yang berkecepatan rendah. Kita mengetahui, bahwa antara orang yang tidur dengan orang yang sadar (terjaga) itu waktunya berbeda. Misalnya, ada yang tiba-tiba terlelap tidur yang itu hanya sebentar (mungkin hanya beberapa detik), lalu yang tertidur itu dibangunkan. Yang tertidur itu pun terbangun, lalu ia bercerita baru saja ia bermimpi. Ceritanya itu begitu panjang, seakan-akan mimpinya itu sangat lama, padahal ia hanya tertidur beberapa detik saja. Begitupun dengan Rasulullah, meskipun perjalanan yang dialaminya itu hanya berlangsung sepersekian detik, tetapi beliau ditampakkan berbagai macam peristiwa oleh Allah. Hal ini karena yang memberjalankan Rasulullah adalah Allah yang tak lain adalah zat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Kemahamendengaran dan kemahamelihatan Allah itu ditularkan kepada Nabi Muhammad, sehingga kemampuan Rasulullah untuk melihat dan mendengar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dan kata kunci yang terakhir ( kedelapan ) adalah innahu huwas samii’ul bashir, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat. Ini adalah proses penegasan informasi kalimat sebelumnya. Dengan adanya kalimat ini, seakan-akan Alalh ingin memberikan jaminan kepada kita bahwa apa yang telah Dia ceritakan dalam ayat ini adalah benar adanya. Kenapa? Karena berita ini datang dari Allah, Tuhan yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Maka tak perlu ada keraguan tentang kisah fenomenal ini (Mustofa, 2006:41).
Selanjutnya tentang Mi'raj diceritakan pada surah an-Najm 14-18:
(14) (yaitu) di Sidratil Muntaha. (15) Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (16) (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. (17) Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. (18) Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (Q.S. an-Najm: 14-18)
Di dekat Sidratil Muntaha, Rasulullah menyaksikan surga. Tentunya tidak sembarangan orang yang bisa menyaksikan surga, karena sudut padangnya harus tertinggi di alam semesta ini. Dari dunia tidak kelihatan, kalaupun kelihatan hanya sebagian. Jadi, kalau kita merasakan kebahagiaan, maka hal itu mungkin kita telah mendapatkan kebahagiaan surga, namun hanya sedikit sekali perbandingannya, mungkin bagaikan setetes air dibandingkan dengan samudera, itu pun setetes airnya dibagi lagi tak berhingga. Sebaliknya kalau kita menderita, maka itu adalah penderitaan neraka, namun skalanya tak berhingga.
Lantas ke manakah Rasulullah melanglang buana? Menyeberangi langit ataukah beliau langsung masuk ke Sidratil Muntaha yang kita tidak tahu di mana letaknya.
Betapa besarnya langit angkasa semesta. Apakah langit? Langit adalah seluruh ruangan alam semesta ini. Matahari dikelilingi oleh planet-planet, bumi tempat kita tinggal adalah termasuk salah satu planet yang mengitari matahari. Matahari yang tadinya kelihatan besar, semakin jauh kita lihat maka semakin kecil. Ketika matahari yang kita terlihat itu semakin kecil, maka biasanya kita tidak lagi menyebutnya matahari, melainkan kita menyebutnya bintang.
Matahari itu ternyata demikian banyaknya, seluruh bintang-bintang itu sebenarnya adalah matahari. Diperkirakan jumlahnya trilyunan. Matahari-matahari (bintang-bintang) itu bergerombol membentuk galaksi. Galaksi adalah gerombolan matahari (bintang), di tengahnya ada matahari yang lebih besar, dan di sekitarnya ada sekitar 100 milyar matahari (bintang).
Bintang-bintang itu bergerombol mengitari pusatnya membentuk suatu galaksi. Galaksi tempat bumi dan matahari kita berada adalah galaksi Bimasakti. Di sebelah galaksi Bimasakti ada galaksi Andromeda yang isinya diperkirakan juga 100 milyar matahari. Galaksi-galaksi itu diperkirakan trilyunan jumlahnya. Para ahli astronomi bahkan sampai kehabisan nama untuk menyebut galaksi karena saking banyaknya.
Galaksi-galaksi itu ternyata bergerombol-gerombol lagi membentuk gerombolan yang lebih besar yang dinamakan sebagai supercluster. Isinya diperkirakan 100 milyar galaksi. Apakah supercluster adalah benda terbesar dan terjauh di alam semesta, hingga kini belum ada yang mengetahuinya.
Jarak bumi ke matahari adalah 150 juta kilometer. Kalau dilewati cahaya maka dibutuhkan waktu 8 menit. Jadi, kalau kita melihat matahari terbit yang sinarnya sampai ke mata kita, maka cahaya yang sampai ke mata kita itu sebetulnya bukanlah matahari sekarang, melainkan matahari 8 menit yang lalu. Cahaya matahari itu berjalan selama 8 menit barulah sampai ke mata kita. Sementara bintang kembar (Alpha Century) jaraknya dari bumi adalah 4 tahun perjalanan cahaya. Kalau kita melihat bintang kembar pada malam hari, maka sebetulnya itu bukanlah cahaya bintang kembar saat itu, melainkan bintang 4 tahun yang lalu. Di belakangnya lagi ada bintang yang berjarak 10 tahun perjalanan cahaya. Bayangkanlah kalau kita mau menuju bintang berjarak 10 tahun cahaya menggunakan pesawat tercepat yang dimiliki manusia, misalnya menggunakan pesawat ulang alik yang kecepatannya 20 ribu kilometer per jam. Apakah yang kemudian terjadi? Ternyata dibutuhkan waktu 500 tahun untuk sampai ke bintang tersebut.
Ternyata bumi kita ini bukanlah benda besar di alam semesta, melainkan benda yang sangat kecil. Di belakang bintang berjarak 10 tahun cahaya ada bintang berjarak 100 tahun cahaya, di belakangnya lagi ada yang berjarak 1000 tahun cahaya, yang berjarak 1 juta tahun cahaya, dan juga yang berjarak 1 milyar tahun cahaya. Yang terjauh diketahui oleh ilmuwan Jepang yaitu yang berjarak 10 milyar tahun cahaya. Jadi, bumi kita ini hanyalah sebutir debu di padang pasir alam semesta raya.
Jadi, manusia adalah debunya bumi, bumi debunya tata surya, tata surya debunya galaksi Bimasakti, galaksi Bimasakti debunya supercluster, supercluster debunya langit pertama, karena langit itu ada tujuh (sab’a samawâti). Ilmu astronomi hanya mengetahui langit itu satu, tapi al-Quran mengatakan langit itu ada tujuh, karena menurut al-Quran bahwa langit yang kita kenal itu yang banyak bintang-bintangnya barulah langit dunia (langit pertama). Allah berfirman: Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, (Q.S. ash-Shâffât: 6)
Sudah sedemikian besarnya langit pertama, ternyata langit pertama adalah debunya langit kedua, karena langit kedua itu besarnya tak berhingga kali dibandingkan langit pertama. Langit ketiga besarnya tak berhingga kali dibandingkan langit kedua. Begitu seterusnya setiap naik ke langit selanjutnya selalu tak berhingga kali besarnya dibandingkan langit sebelumnya, hingga langit ketujuh tak berhingga kali dibandingkan langit keenam, serta tak berhingga pangkat tujuh dibandingkan langit pertama.
Jadi, langit pertama adalah debunya langit kedua, langit kedua debunya langit ketiga, seterusnya hingga langit ketujuh, dan seluruh langit yang tujuh beserta seluruh isinya hanyalah debu atau lebih kecil lagi di dalam kebesaran Allah. Beginilah cara al-Quran menggiring pemahaman kita tentang makna Allahu Akbar. Semestinya menurut al-Quran, bahwa belajar mengenal Allah itu adalah dari seluruh ciptaan-Nya. Dengan begitu kita akan mengetahui betapa Maha Besarnya Dia, betapa Maha Menyayangi, Maha Teliti, Maha Berkuasa, Maha Berkehendak, tak cukup hanya dari lafaznya, karena kita takkan mendapatkan rasa yang sesungguhnya.
Bayangkanlah betapa Rasulullah melakukan perjalanan menuju langit ketujuh. Sebetulnya Rasulullah berjalan ke langit ketujuh itu apakah melintasi ruang angkasa atau tidak?
Kalaupun badan Rasulullah diubah menjadi cahaya, maka dari bumi menuju bintang Alpha Century yang berjarak 4 tahun cahaya, maka Rasulullah membutuhkan waktu 4 tahun untuk sampai ke bintang Alpha Century, untuk menempuh yang berjarak 10 tahun cahaya dibutuhkan waktu 10 tahun, untuk menempuh yang berjarak 10 milyar tahun cahaya dibutuhkan 10 milyar tahun. Sepertinya Rasulullah tidak melewati ruang angkasa, melainkan ada ruangan langsung yang tidak ke sana (tidak ke ruang angkasa) tetapi memahami semua itu. Di manakah itu?
Ternyata langit kedua terhadap langit pertama tidak bertumpuk seperti kue lapis (dalam konteks Mi’rajnya Rasulullah). Sering kita berpendapat dari cerita-cerita klasik bahwa Nabi Muhammad dan malaikat Jibril menuju ke langit ketujuh dengan cara naik menggunakan tangga, kemudian bertemu langit yang digambarkan seperti langit-langit, kemudian di situ ada pintunya dan ada penjaganya. Lalu Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad ditanya mau ke mana oleh si penjaga langit. Dijawab oleh Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad bahwa akan bertemu dengan Allah. Kalau begitu, berarti Allah itu jauh sekali. Padahal di dalam al-Quran digambarkan bahwa Allah itu dekat, dan Nabi Muhammad mengetahui itu. Allah berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (Q.S. Qâf: 16)
Bahkan dinyatakan juga di dalam al-Quran: Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al-Baqarah [2]: 115)
Timur dan Barat milik Allah. Ke manapun kita menghadap, maka kita berhadapan dengan Allah, karena Allah sedang meliputi kita. Dan Rasulullah tahu persis akan hal itu. Jadi untuk bertemu Allah tak perlu ke Sidratil Muntaha. Dan memang Rasulullah ke Sidratil Muntaha bukanlah untuk menemui Allah, karena Allah sudah meliputi Rasulullah, juga meliputi kita semua di manapun kita berada.
Tujuan isra’ mi’raj
Isra’ Mi’raj itu sebetulnya bertujuan membawa Rasulullah ke satu posisi yang paling tinggi untuk memahami betapa dahsyatnya ciptaan Allah. Untuk apakah semuanya itu? Yaitu untuk memotivasi Rasulullah. Mengapakah demikian? Karena sebelum Isra’ Mi’raj, Rasulullah sedang berada pada titik terendah perjuangannya yang paling sulit, yaitu ketika dijepit oleh orang kafir dan diembargo secara ekonomi. Di saat-saat itu justru Allah mewafatkan paman Rasulullah (Abi Thalib) dan mewafatkan istri Rasulullah (Khadijah). Hal ini bukannya tidak sengaja, melainkan disengaja oleh Allah, karena memang tak ada yang kebetulan di dalam kehidupan ini.
Semuanya itu justru terjadi pada saat Rasulullah berada pada titik nadir perjuangannya. Beliau berharap memindahkan front syi’arnya ke luar kota (yaitu ke Tha’if). Beliau berharap disambut baik oleh penduduk Tha’if, tapi malah yang terjadi beliau dilempari batu sampai berdarah-darah. Maka kemudian Allah memompa kembali semangat beliau, yaitu dengan cara Isra’ Mi’raj. “Muhammad, engkau adalah utusan Allah,” mungkin seperti itulah yang ingin disampaikan oleh Allah melalui peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut.
Ketika Rasulullah kembali dari Isra 'Mi'raj, maka setahun kemudian terjadilah titik balik perjuangannya, yaitu beliau bersama pengikutnya hijrah ke Madinah, kemudian dari Madinah bisa menaklukkan kota Mekkah.
Peringatan :
- Kisah Isra' dan Mi'raj Nabi adalah benar karena yang memberitakannya adalah Al-Quran kitab suci kita.
- Kisah Mi'raj Nabi adalah benar walau tidak kasat oleh logika kita sebab dalam agama kebenaran yang dipakai adalah kebenaran wahyu bukan akal yang dieksprimen dulu, wahyu lebih tinggi dari logika.
- Kebenaran isra 'dan mi'raj nabi wajib di yakini dan adapun caranya Nabi muhammad dan bagaimana atau kaifiyyat Nabi keatas langit ke 7 sampai Sidratul Muntaha tidak menjadi kewajiban mengetahuinya, yang penting percaya dan yakin didalam hati adapun cara yang ril dan sebenarnya wallahua'lam sebab banyak pendapat dalam hal ini.
- Logikanya Isra' itu benar dan logis. Jika Nabi Muhammad adalah milik Allah dan langit serta alam ini milik Allah dan dalam kondisi ini Allah yang menghendaki, apa susahnya? Sederhananya seperti ini. Jika anda punya HP lalu anda taruh di lantai dan mau anda pindahkan ke saku, ke lemari, ke atas rak buku, tidak susah bukan? Karena HP itu adalah milik anda. Coba kalau teman anda yang punya? Tidak bisa anda taruh sesuka hati anda.
Referensi:
Pernah ada seseorang yang bertanya kepada Aisyah tentang shalat malam Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau menjawab
Pernahkah Anda membaca surat ini (surat Al-Muzammil)? Sesungguhnya Allah mewajibkan shalat malam seperti di awal surat ini. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya melakukan shalat malam selama setahun, sampai kaki mereka bengkak, dan Allah tidak turunkan ayat-ayat akhir surat ini selama 12 bulan. Kemudian Allah menurunkan keringanan untuk shalat malam seperti disebutkan pada akhir surat ini, sehingga shalat malam hukumnya anjuran, setelah sebelumnya kewajiban. (HR. Nasai 1601, Ibnu Khuzaimah 1127).
Kemudian deskripsi lainnya juga ada dalam hadis panjang yang menceritakan dialog antara Heraklius dengan Abu Sufyan, ketika dia mendapat surat dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Heraklius bertanya kepada Abu Sufyan,
"Apa yang diperintahkan nabi itu kepada kalian?"
Jawab Abu Sufyan, yang saat itu sedang berdagang di Syam,
Nabi itu mengajarkan, "Beribadahlah kepada Allah semata dan jangan menyekutukannya dengan sesuatu apapun, tinggalkan apa yang menjadi ajaran nenek moyang kalian. Dia memerintahkan kami untuk shalat, zakat, bersikap jujur, menjaga kehormatan, dan menyambung silaturahim. "(HR. Bukhari 7 dan Muslim 1773)
Ketika menjelaskan hadits ini, Al-Hafidz Ibnu Rajab mengatakan,
Kisah ini menunjukkan bahwa perintah terpenting yang diserukan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada umatnya adalah shalat, sebagaimana beliau memerintahkan mereka untuk bersikap jujur, menjaga kehormatan ... Ajaran ini menjadi terkenal hingga tersebar ke berbagai pengikut agama selain islam. Karena Abu Sufyan ketika dialog itu masih musyrik, dan Heraklius beragama Nasrani. Dan sejak diutus beliau senantiasa memerintahkan untuk bersikap jujur dan menjaga kehormatan, beliau juga senantiasa shalat, sebelum shalat wajib (shalat 5 waktu). (Fathul Bari Ibnu Rajab, 2/303).
================================================== ===
Bermalam dengan janda Hani yang mana? Di dalam kitab hadist yang mana kisah itu tercantum? Bagaimana dengan derajat hadistnya?
Terimakasih Bp Arceus atas artikel2nya yg menambah konsistensi keimanan kita ..
Indera manusia sulit menembus teknis turunnya wahyu.. tetapi indera batin yg telah 'dibersihkan' akan membuka 'tirai' tsb ..
Kalau kita langsung 'harus meyakini' sesuatu tanpa 'mengupas' nya dengan akal budi dan nurani yg berrsih .. utk apa Allah membekali manusia dg akal budi dan hati yg tidak dimiliki makhluk lain ciptaan-Nya ? Mari kita renungkan ..
Ampunilah hamba ya Allah ..
Mhn mf jika kurang berkenan .. tks
2. Tidak ada saksi mata, namun orang2 Quraisy yang menertawakan dan menuding Rasulullah berbohong, melakukan testing tentang kevalidan cerita beliau, dan terbukti beliau bisa menjawab semua pertanyaan yang dilakukan suku Quraisy dan membuat mereka tercengang.
3. Kalau anda berpikir bahwa melakukan hubungan suami-istri adalah sesuatu yang hina, mengapa Tuhan membuat manusia beranak-pinak dengan jalan hubungan intim? Jadi menurut pandangan anda, melakukan hubungan intim dengan istri yang syah adalah sesuatu yang hina? Kalau begitu saya ingin tanya, untuk apa seseorang menikah?
4. Itu memang benar kejadiannya seperti itu, atau hanya angan2 anda saja?
2. Qs 52:17-20 bunyinya sebagai berikut:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan", mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.
Silahkan anda pahami dari ayat di atas, menurut anda bidadari2 itu istri yang syah atau bukan?
3. Silahkan anda baca sirah perjalanan Isra' mi'raj nabi, di situ dijelaskan apa saja yang dilakukan Nabi Muhammad
4. Ya, saya menaati perintah Allah s.w.t, bahkan kami mengikuti apa yang diajarkan Isa Almasih karena Isa Almasih adalah seorang Muslim. Beliau mengajarkan tauhid, bahwa hanya Allah yang patut disembah, beliau melarang makan babi, beliau mengatakan bahwa tidak ada yang namanya dosa warisan, beliau mengatakan bahwa beliau hanyalah seorang manusia, beliau juga disunat, beliau juga berjenggot, beliau menubuatkan kedatangan Nabi Muhammad, dsb...
Lebih lengkapnya, bisa dibaca disini: http://www.lampuislam.blogspot.com/2012/12/apakah-umat-kristen-benar-benar.html
Atau menonton videonya disini: http://www.youtube.com/watch?v=ftn4M_nxSOE
Situs itu juga menyediakan asbabun nuzul (sebab turunnya suatu ayat). Baiklah akan saya bahas beberapa di antaranya namun tidak semuanya, karena akan sangat panjang kalau dibahas semuanya dan bisa langsung dicek di situs http://users6.nofeehost.com/alquranonline/ kalau mau tau tafsirnya.
Perlu juga diingat bahwa Allah SWT telah berfirman:
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (Al-Maaidah: 72)
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?". Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Maaidah: 17)
Sekarang, kita lanjutkan kepada pembahasan ayat2 tersebut...
#Qs 43:61
Suara ayatnya adalah: "Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata:" Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku ". Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. (Az-Zukhruf 63-64)
jalan yang lurus adalah bukan jalan orang yang dimurkai Allah, orang yang dimurkai Allah adalah orang kafir, orang kafir adalah orang yang mengatakan Isa Almasih adalah Allah .. Sama dengan ajaran Yesus Kristus dalam alkitab:
Markus 12:29 - Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah KITA, Tuhan itu esa.
Jalan yang lurus: hanya menyembah Allah, "Tuhan Allah KITA", kata Yesus, Tuhannya Bani Israel, Tuhannya Yesus, Tuhan semua manusia ..
# Qs. 4: 171
Sudah pernah dibahas dalam artikel berikut: http://lampuislam.blogspot.com/2014/03/kenapa-nabi-isa-yesus-disebut-roh-allah.html
# Qs. 2: 253
Jelas kafirlah seorang Muslim yang mengingkari kerasulan Isa as Bahkan ketika dia mengaku seorang Muslim tapi tidak mengakui bahwa Nabi Isa adalah nabi Allah, maka keislamannya patut dipertanyakan.
#Qs 4:156 <----- ayatnya salah pak Darwis, yang benar adalah Qs 4:159
Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, baik Yahudi maupun Nasrani, melainkan akan beriman kepada Nabi Isa as dengan iman yang sebenarnya sebelum mereka itu mati, yaitu ketika menghadapi sakaratul maut. Orang-orang Yahudi akan beriman, bahwa Nabi Isa as itu utusan Allah dan kalimat-Nya yang ditiupkan kepada Maryam dan sebagian roh ciptaan Allah. Orang-orang Nasrani pun akan beriman bahwa Nabi Isa as itu adalah hamba Allah dan kalimat-Nya, bukan Allah dan bukan pula anak Allah. Keimanan mereka yang sedemikian itu tidak herguna lagi sebab dinyatakan setelah roh mereka sampai di tenggorokan, setelah mereka melihat tanda-tanda di alam akhirat.
======================================
Demikian pembahasannya. Mengenai ayat2 lainnya, bisa langsung di cek tafsirnya... :-)
tidak asal baca terjemah alqur'an, kemudian berbicara sepotong2 mcam anak balita
orang islam paling bodoh pun pasti ngerti kalau isa itu rosul yang membawa agama allah .. dan menyeru hanya menyembah alloh
bukan tuhan ...
Di dalam Al-Qur'an, yang disebut dengan ahli kitab adalah orang-orang Nasrani dan Yahudi. Kenapa demikian? Karena nabi yang diutus kepada umat itu diberikan sebuah kitab, yaitu Taurat untuk Nabi Musa, dan Injil untuk Nabi Isa. Kalau bapak Darwis tidak percaya, silahkan lihat tafsir dari ayat itu di situs yang telah saya sebutkan di atas... :-)
# 2
Allah Maha Adil, maka Allah tidak akan mendzalimi hambaNya .. Allah bukan hanya Tuhan bagi Bani Israil dan Arab saja, Tuhan bukan milik turun temurun Ibrahim 'alaihissalaam saja .. Tetapi Allah adalah Tuhan seluruh manusia ..
Saat Nabi Ibrahim hidup, ada umat lain selain beliau yang juga hidup di muka bumi ini. Saat Bani Israil mulai ada, saat itu banyak manusia hidup selain dari keturunan/Bani mereka. Begitu seterusnya.
Maka sangat tidak adil pak Darwis, jika Tuhan hanya untuk Bani Israil saja.. Tuhan bagi keturunan Ibrahim saja.. bagaimana dengan umat lain yang hidup selain keturunan Bani Israil ataupun keturunan Ibrahim lainnya..?! jika Tuhan untuk semua manusia, maka sudah semestinya ada Nabi/pemberi peringatan juga untuk mereka.. betul..?!
Jika hanya Bani Israil atau keturunan Ibrahim lainnya saja yg dikirim para Nabi, maka bagimana keselamatan di akhirat bagi umat selain mereka ..?! masakan hanya Bani Israil saja atau keturunan Ibrahim saja yang selamat di akhirat, kemudian umat selain mereka dimasukkan ke dalam neraka ..?! padahal jumlah umat selain Bani Israil dan keturunan Ibrahim lainnya sangatlah banyak, tentunya jauh melebihi jumlah Bani Israil dan keturunan Ibrahim yg lainnya .. betul ..?!
Itulah mengapa dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
Tiap-tiap umat memiliki rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya. (QS 10; 47)
Kesimpulannya, setiap umat pasti ada pemberi peringatan atau Nabi .. jadi, bukan hanya Bani israil maupun keturunan Nabi Ibrahim 'alaihissalaam lainnya ..
# 3
Nah, pak Darwis harus paham dulu makna dari kata "Muslim." Muslim artinya adalah seseorang yang tunduk kepada Tuhan Yang Maha Esa, tanpa menyekutukan-Nya dengan siapapun. Artinya, seorang Muslim mengesakan Tuhan. Dalam Islam, ini disebut dengan "Tauhid."
Nah, yang diajarkan oleh Nabi Isa as dan Nabi Musa as adalah Keesaan Tuhan. Baik Nabi Isa as dan Nabi Musa as adalah rasul dari Tuhan yang mengajarkan bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Tuhan Yang Maha Esa. Jadi mereka berdua adalah Muslim pak Darwis.
Dan sayangnya pak Darwis, sekarang tidak ada lagi Alkitab dan Taurat yang sama seperti yang diturunkan di zaman Nabi Musa atau Nabi Isa. Yang ada sekarang adalah Bibel. Itulah mengapa kalau kita membaca Bibel, tidak diketemukan ayat yang mengatakan Nabi Isa dan Musa itu Muslim. Kenapa? Karena Bibel yang ada sekarang, sudah tidak asli lagi, alias tangan-tangan manusia sudah mengubah-ubah isinya, sehingga ada yang dihilangkan, dihapus, maupun ditambah-tambahkan.
Oleh karena itulah, Allah menurunkan wahyu yang terakhir berupa Al-Qur'an, yang keasliannya dijaga oleh Allah sendiri, sehingga tidak ada yang bisa mengubah keaslian Al-Qur'an dan memalsukannya.
# 3
Tidak ada yang mengatakan bahwa bani Israel itu kafir pak Darwis... Bahkan, umat Yahudi-lah yang pertama kali berjihad di jalan Allah di zaman Nabi Musa. Dan umat Nabi Musa yang akan masuk surga kelak ada banyak pak Darwis. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang taat kepada Allah dan rasul-Nya.
Namun sayangnya, sebagian besar dari bangsa Israel (Yahudi) itu suka membangkang, dan hanya sebagian saja dari mereka yang taat kepada Allah. Itulah mengapa Allah s.w.t berfirman dalam surat Ali Imran:110
"Di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."
Begitulah kira2 pak Darwis... :-)
Buktinya adalah pengakuan dari para sarjana Kristen sendiri yang mengatakan bahwa Bibel sudah diubah-ubah isinya. Saya sudah pernah bahas hal ini dalam artikel berikut:
http://lampuislam.blogspot.com/2012/12/pertentangan-ayat-ayat-dalam-perjanjian.html
http://www.lampuislam.blogspot.com/2012/12/pertentangan-ayat-ayat-dalam-perjanjian_27.html
http://www.lampuislam.blogspot.com/2013/03/pertentangan-ayat-ayat-dalam-perjanjian.html
# 2
Kalau pak Darwis masih tidak percaya bahwa Ahli Kitab adalah Kristen dan Yahudi, baiklah ini saya sertakan link dari wikipedia sebagai buktinya... :-)
http://id.wikipedia.org/wiki/Ahli_Kitab
# 3
Kenapa pak Darwis mengubah-ubah isi hadistnya sehingga maknanya berbeda? Sekarang saya balikkan kata2 bapak sendiri, Apa bapak tidak takut Dosa di laknat Allah SWT karena mendustakan sabda Nabi s.a.w? Mari kita lihat hadistnya:
Volume 5, Book 59, Number 715:
Dikisahkan 'Aisha:
Aku mendengar Nabi dan mendengarkannya sebelum wafatnya ketika ia sedang berbaring didukung di punggungnya, dan dia berkata, "Ya Allah Maafkan aku,! dan limpahkan Rahmat-Mu pada saya, dan Agar aku memenuhi/bertemu TEMAN TERTINGGI (di akhirat).
Tidak ada kata-kata MAHA TINGGI disana pak Darwis... Jika hadist tersebut ditulis benar seperti di atas maka logika kita dapat menerimanya. Teman memiliki pengertian orang yang sejajar dengan kita.
Sedangkan yang dimaksud "Tertinggi" dalam hadist itu adalah para nabi atau orang2 yang ditinggikan derajatnya oleh Allah... :-)
# 4
Silahkan pak Darwis belajar terlebih dulu hukum sesuai dengan syariah Islam seperti hukum Qisas, hadud, dsb.
Dan pelajari juga syarat apa sajakah yang memungkinkan umat Islam bisa berperang?
Oh ya, satu lagi, bangsa Arab tidak ada hubungannya dengan Islam pak Darwis. Malah bangsa Arab hanya 20% dari total populasi umat Muslim di seluruh dunia...
Al-Qur'an sejak dahulu hanya ada 1 versi... Apabila ada sebuah kitab yang berbeda isinya dengan Quran, maka itu bukanlah Al-Qur'an. Bahkan ada sebagian sekte dari Syi'ah yang disebut sebagai kafir oleh para ulama, mereka bukanlah Muslim karena aqidah mereka menyimpang dari ajaran Islam yang benar.
# 1
Berikut saya kutip dari voa-islam.com
Ada beberapa kabar dari hadits shahih bahwa Nabi shallallau 'alaihi wa sallam banyak beristighfar (meminta ampun) dalam sehari semalam. Di antaranya bersumber dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallau' alaihi wa sallam bersabda:
Tuhan, aku minta Allah untuk pengampunan dan bertobat kepada-Nya hari ini, lebih dari tujuh puluh kali
"Demi Allah! Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali. "(HR. Al-Bukhari)
Dalam hadits lain, beliau Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
Wahai manusia, bertobat kepada Allah, aku bertobat kepada-Nya seratus kali hari
"Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari. "(Muslim)
Para ulama menjelaskan tentang istighfarnya Nabi shallallau 'alaihi wa sallam yang cukup banyak, di antaranya untuk menampakkan ubudiyah beliau kepada Allah Ta'ala dan bersyukur kepada-Nya atas semua nikmat yang telah diberikan kepadanya. Makna lainnya yang dijelaskan para ulama, supaya umatnya meniru dan mengikutinya dalam taubat dan istighfar tersebut sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits shahih bahwa beliau mengumpulkan manusia lalu bersabda, "Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari. "(Muslim dan Nasai)
Sedangkan al-Hafidz Ibnul Hajar dalam Fathul Baari menyebutkan, bisa jadi istighfarnya Nabi shallallau 'alaihi wa sallam dan taubatnya karena kesibukan beliau dengan hal-hal mubah, seperti: makan, minum, jima', ridur, duduk, berbicara dengan orang-orang, melihat usaha-usaha mereka, memerangi musuh mereka, dan lain-lainnya yang menghalanginya dari sibuk zikrullah dan tadharru 'serta bermuraqabah kepada-Nya, lalu ia menilai semua itu sebagai dosa bila dinisbatkan kepada posisi yang super tinggi.
# 2
Sepertinya bapak salah mengutip hadist. Justru inilah bunyi hadist Bukhari nomor 1573:
Telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim Adh-Dhahhak bin Mukhallad telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij dari' Atho 'dari Ibnu' Abbas radliallahu 'anhuma bahwa Nabi Shallallahu'alaihiwasallam membonceng Al Fadhal lalu Al Fadhal mengabarkan bahwa Dia senantiasa bertalbiyah sampai melempar jumrah.
Mana kata2 Maha Tinggi ya? Silahkan sebagai referensi hadist, lihat di http://www.lidwa.com/app/
# 3
Maka dari itu bapak harus mengerti dulu tentang syariah Islam. Kalau bapak saja tidak mengerti, bagaimana mungkin bapak mau mengkritisi hukum Islam sementara punya kitab syariah di rumah pun tidak? Para ulama saja puluhan tahun mempelajari hukum syariah, syarat-syaratnya, hikmahnya, dsb, apalagi bapak yang tidak mengerti sama sekali...
# 4
Maksud saya adalah orang Arab tidak ada hubungannya dengan Islam. Orang Arab ya orang Arab, sedangkan Islam ya Islam. Bukan berarti bahwa ketika ada orang Arab yang melakukan perbuatan mencuri misalnya, lalu sekonyong-konyong kita mengatakan "Wah, ternyata dalam Islam mencuri itu diperbolehkan", atau ketika ada seorang Arab yang menyiksa pembantunya, lalu sekonyong-konyong kita mengatakan "Wah, ternyata dalam Islam kita diperbolehkan menyiksa pembantu kita.", dsb...
Mudah2an bapak paham...
Seorang Muslim yang masuk ke dalam surga akan dinikahkan dengan istrinya ketika di dunia dan juga bidadari-bidadari. Namun ada kelebihan yang dimiliki istrinya yang ada di dunia. Dia akan menjadi ratunya para bidadari yang kecantikannya jauh melebihi para bidadari tersebut.
Dan tidak ada lagi yang namanya orang sakit hati atau iri hati di dalam surga. Seperti yang Allah firmankan bahwa penduduk surga tidak akan lagi merasakan kesusahan2 seperti di dunia, baik itu berupa kesusahan fisik maupun emosi / perasaan ...
pertanyaan anda sama sekali tidak ada dasarnya alias ngarang .. ahahaha oke saya jelaskan ...(meskipun saya yakin anda males baca ..)
Ternyata HR.Bukhari No:1573 & 1574, tidak membahas tentang doa nabi sebelum meninggal, tapi tentang Haji lebih tepatnya tentang ritual melempar jumroh
Dikisahkan Abu Asim bin Dahhaak Diabadikan anak Greg memberitahu kami tentang tender dari Ibnu Abbas, ra bahwa Nabi, saw Abizaid dikreditkan dikreditkan diberitahu bahwa ia masih bertemu bahkan melemparkan anthrax 14,157 / 1573. TELAH menceritakan ditunjukan kepada Kami Abu 'Ashim Adh-Dhahhak bin Mukhallad TELAH mengabarkan ditunjukan kepada Kami Ibnu Juraij Dari' Atho 'Dari Ibnu' Abbas radliallahu 'anhuma bahwa Nabi Shallallahu'alaihiwasallam membonceng Al Fadhal Lalu Al Fadhal mengabarkan bahwa beliau Senantiasa bertalbiyah Hingga melempar Jumrah.
Beritahukan kami Zuhair bin Harb mengatakan kepada kami Wahab bin Greer mengatakan kepada kami Abi Younis Aloala sifilis Obaidullah bin Abdullah Ibnu Abbas, ra dengan Osama bin Zaid, ra dengan pantat Nabi, saw dari Arafah ke Muzdalifah dan kemudian Abizaid dikreditkan Muzdalifa Keduanya dikatakan Mona mengatakan masih Nabi, saw bertemu bahkan threw'Aqabah 14,158 / 1574.
Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Wahb bin Jarir telah menceritakan kepada kami bapakku dari Yunus Al Ailiy dari Az Zuhriy dari 'Ubaidullah bin Abdullah dari Ibnu' Abbas radliallahu 'anhuma bahwa Usamah bin Zaid radliallahu' anhuma pernah diboncengkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihiwasallam dari' Arafah menuju Muzdalifah lalu Dia membonceng Al Fadhal dari Muzdalifah menuju Mina. Dia berkata: Selama dalam dua perjalanan itu Beliau senantiasa bertalbiyah sampai melempar jumrah 'Aqabah.
Silahkan cek :
http://indoquran.com/en/quran-a-hadith/hadith-bukhari/surah/14.html?start=140
Anda pasti akan mengatakan ini hadist sohih bukhor 1501 ...
hadis yg mana boosss
Ternyata HR.Bukhari No.1501 sama sekali tidak membicarakan tentang nabi Isa sebagai teman yg lebih dekat dengan nabi Muhammad tapi hadist tsb hanya membahas tentang ritual ibadah haji yaitu Sya'i
Katakan Mohammed bin Salam mengatakan kepada kami Srig bin Nu'man mengatakan kepada kami Filaih dari Nafi dari Ibnu Umar mengatakan, mencari Nabi, saw tiga kali dan berjalan empat Haji dan anak Umrah Laith mengatakan banyak bin Farqad mengatakan kepada saya dari Nafi dari Ibnu Umar bahwa Nabi berdoa Allah besertanya
14.85 / 1501. Telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Salam telah menceritakan kepada kami Suraij bin An-Nu'man telah menceritakan kepada kami Fulaih dari Nafi 'dari Ibnu'Umar radliallahu' anhuma berkata: Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam melaksanakan sa'iy dengan berlari-lari kecil pada tiga rotasi dan berjalan biasa pada empat putaran sisanya dalam pelaksanaan hajji maupun 'umrah. Hadits ini diikuti pula oleh Al Laits, dia berkata; telah menceritakan kepada saya Katsir bin Farqad dari Nafi 'dari Ibnu'Umar radliallahu' anhuma dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam. (HR.Bukhari No.1501)
Silahkan cek: http: //indoquran.com/en/quran-a-hadith/hadith-bukhari/surah/14.html? Start = 80
4. hukuman pancung dalam syariat islam adalah benar ..
jika hukum islam di tegakan dengan benar niscaya dunia akan tentram,
saya melihat secara pribadi (tidak mengatasnamakan pendapat umat islam yg lain) bahwa hukum di arab juga telah banyak penyelewengan.. seperti hukum di indonesia, jika ditegakan dengan benar pasti indonesia sudah maju... kenapa? karna orang2 yg memegang hukumnya pada gak bener .. sama seperti di arab.. hukumnya bner tpi kl yg memegang hukumnya gak bener akan seperti yg anda lihat..
seperti yang saya jelaskan di nomor 4 ..apa yang lakukan oleh orang arab jangan di kaitkan dengan syariat islam,
seprti halnya yang sering saya dengar bahwa kristen ajaran penuh kasih ...
dimana kasih dan nurani belanda ketika menjajah negara anda selama 300tahun?? apakah itu ajaran kristus.. ? tentu anda menjawab jangan kaitkan belanda dengan kristen ....
atau dimana kasih israel ketika mebunuh jutaan rakyat gaza..dan mereka mengatasnamakan nama tuhan yang telah memberi mereka tanah perjanjian ..
tuhan yang mana yang menyuruh melakukan pembantaian ..?
memang bener istri di dunia adalah calon bidadari surga.. dan juga ada banyak bidadari ..
trus apanya yang salah.. secara surga gitu ..?
di dunia aja daud punya 100 istri , solomo 700, kenapa disurga gak boleh ada bidadari..
Nahhhh ... apa
kl dineraka akan di siksa ..trus kenapa?? apa anda akan mengatakan tuhan melanggar ham ??
sudah lah boss.. singkirkan emosi,gunakan akal dan nurani untuk memahami agamamu.. semoga alloh memberimu hidayah ..
Biar penjelasannya lebih lengkap dan agar debat tidak jadi debat kusir dengan mengulang-ulang pertanyaan yang sudah dijawab sebelumnya, maka beberapa pertanyaan sudah saya buat artikelnya. Jadi kalau mau tahu jawabannya, tinggal baca pembahasan lengkapnya.
# 1
Untuk menjawab mengenai siapakah "teman maha tinggi" yang dimaksud, silahkan kesini: http://lampuislam.blogspot.com/2014/07/menjawab-tuduhan-nabi-isa-adalah-teman.html
# 2
Ini alasan Nabi Muhammad memohon ampun kepada Allah: http://lampuislam.blogspot.com/2014/07/kenapa-nabi-muhammad-masih-memohon.html
# 3
Ini makna shalawat dari Allah dan para malaikat: http://lampuislam.blogspot.com/2013/11/kenapa-umat-muslim-bershalawat-kepada.html
Nomor 1&2 sudah dijawab di komentar atas...
Untuk nomor 3, makanya kalau baca ayat jangan sepotong-sepotong saja. Silahkan lihat ayatnya mulai dari ayat 77 sampai ayat 81, baru deh jelas kenapa orang-orang itu masuk ke neraka...
Kepada Lampu Islam yang InsyaAllah dirahmati Allah SWT.
Saya memperhatikan dari perbincangan diatas, lalu saya menafsirkan sesuai dengan Al Qur'anul Karim bahwasanya HIDAYAH HANYA MILIK ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA
Hal inipun pernah ditulis dalam artikel sebagai berikut :
Oleh
Kedua Nida` Chomsaha
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Anda tidak membimbing yang Anda cintai, tapi Allah membimbing siapa yang Dia tahu Palmetdan 08:56
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk". [Al Qashash / 28: 56]
Sebab turunnya ayat ini terkait dengan meninggalnya Abu Thalib dalam kondisi tetap memeluk agama Abdul Muththalib (musyrik). Hal ini sebagaimana ditunjukkan hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim, dari Ibnu Al Musayyab, bahwa bapaknya (Al Musayyab) berkata: 'Tatkala Abu Thalib akan meninggal, Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sllam bergegas mendatanginya. Dan saat itu, 'Abdullah bin Abu Umayyah serta Abu Jahal berada di sisinya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya: "Wahai, pamanku. Ucapkanlah la ilaha illallah; suatu kalimat yang dapat aku jadikan pembelaan untukmu di hadapan Allah, '. Akan tetapi, 'Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahal menimpali dengan ucapan:' Apakah engkau (Abu Thalib) membenci agama Abdul Muththalib? '. Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengulangi sabdanya lagi. Namun mereka berdua pun mengulang kata-katanya itu. Maka akhir kata yang diucapkannya, bahwa dia masih tetap di atas agama Abdul Muththalib dan enggan mengucapkan La ilaha illallah. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh, akan aku mintakan ampunan untukmu, selama aku tidak dilarang". Lalu Allah menurunkan firmanNya:
Apa Nabi dan orang-orang yang percaya bahwa kafir Istghafroa jika mereka kerabat awal setelah mereka menemukan mereka, mereka adalah pemilik dari neraka 9: 113
"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam" . [At Taubah / 9: 113]
Adapun tentang Abu Thalib, Allah berfirman:
Anda tidak membimbing yang Anda cintai, tapi Allah membimbing siapa yang dikehendaki
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki". [Al Qashash / 28: 56].
Alhamdulillah, Terima kasih atas penjelasannya mas Dimas Rio, penjelasan ini dapat menjadi renungan kita bersama. Benar mas, bahwa Allah-lah satu-satunya yang memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Bahkan Nabi Muhammad s.a.w pun tidak bisa meyakinkan pamannya sendiri, Abu Thalib, namun ada orang-orang yang datang dari tempat yang jauh seperti Abu Dzar misalnya, yang mengakui kebenaran Islam. Padahal beliau r.a berasal dari kalangan suku Ghiffar, yaitu suku yang terkenal sebagai perampok. Mereka suka menghadang karavan2 para pedagang dan menjarahnya.
Subhanallah. Sungguh hidayah dari Allah datang kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Semoga apa yang saya tuliskan disini, dan dari perbincangan ini bisa ditarik pelajaran yang berharga, karena insya Allah tujuan saya adalah berdakwah agar para pembaca yang kebetulan melihat perbincangan ini dapat bertambah ilmunya, dan bagi yang non-Muslim, semoga lebih mengerti tentang Islam dan mudah2an mendapat hidayah dari Allah s.w.t.
Selalu fiik.
Islam Atau Kristen . . . .
Baca Site Di Atas....
Orang ingin pintar yah membaca....
klo bukan kerasukan dajjal
amien amin yarobalalamien
"و السابقون الأولون من المهاجرین و الأنصار و الذین اتبعوهم بإحسان رضی الله عنهم و رضوا عنه و أعد لهم جنات تجری تحتها الأنهار خالدین فیها أبدا ذلک الفوز العظیم."
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. "(Qs. Al-Taubah [9]: 100)
Kalo tentang 10 sahabat rosull yang dijamin masuk surga tercantum didalam hadist: (HR At-Tirmizy dan Al-Baghawi dalam Al-Mashabih fil Hisan)
dan masih banyak hadist" shahih mengenai itu.
Maka pertanyaan berikutnya Anda rosullulah megenai tidak dijamin masuk surga seperti itu ketika booming, silakan lihat penjelasan di link berikut.
http://www.voa-islam.com/read/aqidah/2014/07/16/31659/quraish-shihab-salah-inilah-bukti-rasulullah-dijamin-masuk-surga/#sthash.UbTPsEaL.dpbs
Kepada saudara/ri anonim : jika anda berpikir secara logika, akan saya beri contoh logikanya.
"" misalkan, suatu saat anda sakit dan anda pergi ke dokter, lalu dokter tersebut memeriksa anda dan memvonis anda terjangkit penyakit A, lalu dokter tersebut menyarankan anda meminum obat A, nah setelah itu apa yang akan anda lakukan ? yang pastinya mau tidak mau anda harus menurutinya kan jika anda ingin sembuh.
begitu pula nabi muhammad, beliau di jamin allah masuk surga bukan karena tanpa sebab, pastinya allah memberikan syarat "untuk bisa masuk surga, dan karena allah memuliakan nabi muhammad sebagai utusannya, pastinya allah sudah menjamin kesalamatan baginya, dan karena nabi muhammad SAW, manusia, ya pastinya sama memiliki persasaan seprti kita, meskipun allah telah menjamin nabi muhammad saw masuk surga tetapi karena beliau manusia sama seprti kita maka pastinya memiliki perasaan takut, takut tidak sengaja melakukan dosa, oleh karena itu ia selalu meminta ampunan kepada allah swt sekaligus mencontohkan kepada umatnya agar selalu memohon ampunan kepada allah swt meskipun merasa tidak memiliki dosa, karena tidak ada manusia yang luput dari dosa.
Saya berharap alasan Anda bertanya untuk mencari kebenaran bukan untuk mencari cari kejelekan.
Pernah ada seseorang bertanya kepada Nabi saw: Ya Rasulullah, berapakah kekuatan laki-laki dalam menyetubuhi istri-istrinya (bidadari) didalam surga? Nabi SAW menjawab: Seratus kali dalam sehari. (HR Tirmidzi) .Persetubuhan di surga tidak mengeluarkan air mani. Kenikmatan yang luar biasa dari persetubuhan itu berlangsung beberapa windu yakni 80 tahun, walau begitu mereka tidak merasa letih dan lesu, seperti firman Allah: didalam surga kami tidak merasa lelah dan tidak pula merasa letih. (QS Faathir 35) Ini Surga Atau Neraka Jahanam kok bisa ngesek seh ,, benar-benar Muhammad doyan Seks sampai Aisyah bocah ingusan pun di tiduri, Inikah teladan Nabi,
Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang istri-istri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang .. Supaya Muhammad dapat nge Seks dengan banyak wanita maka Muhammad karang ayat alquran perintah Allah SWT .. Inikah teladan Nabi Umat Muslim yang katanya paling Sempurna atau Nabi yang Paling Doyan Seks
pertanyaannya 1 apakah ayat ini pernah Bapak-bapak sampaikan artinya dalam bahasa indonsia kepada anak bapak karena ini perintah Allah SWT